Kurikulum Berbasis Cinta: Cara Baru Kemenag Mendidik dengan Hati

Kementerian Agama (Kemenag) terus melangkah maju dalam penerapan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Setelah merilis panduan resmi, kini Kemenag memulai tahap penting berikutnya: menyiapkan para fasilitator yang akan menjadi motor penggerak implementasi KBC di lapangan.


 

Puluhan calon fasilitator mengikuti Pra-Pelatihan Fasilitator (Preparing of Facilitator) yang berlangsung pada 7–10 Agustus 2025 di Peacesantren Welas Asih, Garut, Jawa Barat.

Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM (BMBPSDM) Kemenag, Ali Ramdhani, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah pondasi penting untuk menyamakan persepsi, menyusun model pelatihan, dan membentuk strategi komunikasi yang efektif.

“Kita ingin menghadirkan cinta sejati dalam pendidikan. Cinta yang tulus, tanpa pamrih, seperti kasih seorang ibu yang lahir melalui lima fase kehidupan: ketuban, darah, air susu, keringat, dan air mata,” ujar Ramdhani.

Bagi Ramdhani, pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga penanaman nilai kemanusiaan. KBC diharapkan mampu menciptakan budaya sekolah yang hangat, saling menghargai, dan membentuk karakter positif siswa.

Pelatihan ini merupakan kolaborasi Kemenag, Venture INOVASI, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), serta Peacesantren Welas Asih. Tak hanya membahas teori, metode pelatihan juga dirancang untuk menyentuh aspek psikologis, sosial, dan spiritual peserta didik.

Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Pendidikan dan Keagamaan, Mastuki, menekankan bahwa konsep KBC harus relevan dengan kehidupan nyata di madrasah dan sekolah.

“KBC bukan sekadar pelatihan formal. Pesan Menteri Agama jelas: semangat cinta harus hidup dalam keseharian di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Cinta ini harus menjadi budaya yang membumi,” jelas Mastuki.

Pra-Pelatihan ini juga menjadi ruang sinergi antara tokoh pendidikan, individu, dan lembaga yang berpengalaman dalam pendidikan karakter berbasis cinta.

Acara pembukaan dihadiri oleh Direktur GTK Thobib Al-Asyhar, pendiri Peacesantren Welas Asih Irfan Amali, widyaiswara Pusbangkom SDM Pendidikan dan Keagamaan, serta perwakilan Tim INOVASI dan PSPK.

Dengan langkah ini, Kemenag berharap KBC tak hanya menjadi dokumen kurikulum, tetapi benar-benar menjadi denyut nadi pendidikan yang menghidupkan nilai kemanusiaan di setiap ruang kelas.